English By Radio Elvictor FM

English By Radio Elvictor FM

Sabtu, 25 Oktober 2008

BKK dan Perannya bagi SMK
Oleh : Sulardi , S.Pd.MM
Guru Bahasa Inggris di SMK Penerbangan Sedati


Lulus SMA/SMK merupakan proses pendewasaan yang mengarah pada pembebanan tanggung jawab anak didik yang semakin besar dan luas. Sekilas memang menyenangkan dan membanggakan sekaligus memberikan kesempatan lulusan untuk memilih jalan hidup selanjutnya. Apakah dia akan meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, mengambil kursus, mencari pekerjaan, atau membantu orang tua di rumah.

Meneruskan sekolah ke yang lebih tinggi memerlukan pengorbanan yang cukup besar. Selain dukungan finansial, diperlukan kesiapan mental dan akademik yang memadai. Begitu pula, mereka yang ingin mencari pekerjaan tidak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan kemampuan untuk mengakses peluang kerja.

Memang, untuk membantu para alumnus agar tidak kebingungan dalam menentukan pilihan, sekolah bersama Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk serta lembaga penyedia tenaga kerja telah membentuk unit kerja sekolah bernama BKK (bursa kerja khusus). Bursa itu ditangani tim khusus untuk memberikan bimbingan karir sebelum lulus dan pasca kelulusan.

Bentuk bimbingan yang diberikan berupa penyuluhan strategi memasuki dunia kerja dan efektivitas melamar pekerjaan. Selain itu, penanaman jiwa entrepreneur dan standar etos kerja yang efektif.

Bagi SMK yang didirikan untuk mencetak out put lebih siap bekerja bila dibandingkan dengan lulusan SMA, BKK merupakan unit kerja sekolah yang mempunyai potensi besar dalam memasarkan para lulusan. Salah satu indikator kesuksesan sebuah SMK bukan hanya berdasar perolehan DANEM tinggi dengan tingkat kelulusan tinggi, namun juga ditentukan seberapa besar lulusan dapat terserap dunia kerja yang relevan. Bursa kerja khusus di sekolah sangat membantu para lulusan untuk mendapatkan pekerjaan. Jadi, selain mempunyai nilai manfaat bagi lulusan, BKK mempunyai nilai ekonomis bagi sekolah.

Aktivitas BKK akan memberikan kontribusi positif kepada para alumnus bila terjalin hubungan sinergi antara BKK, alumni, Dinas Tenaga Kerja, dan lembaga penyedia tenaga kerja. Karena itu, BKK di sekolah dibentuk dengan tujuan memberikan pelayanan kepada para alumnus. Dalam operasionalnya, BKK semestinya mempunyai visi untuk mewujudkan para alumnus bisa bekerja secara profesional dan mandiri sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Untuk merealisasikan visi itu, diperlukan tindakan aplikatif dan terpadu yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.

Misalnya, BKK memberikan bimbingan karir siswa kelas tiga untuk kesiapan memasuki dunia kerja, memberikan informasi peluang kerja, menyediakan kartu pencari kerja (kartu kuning), menyalurkan dan menempatkan lulusan ke dunia kerja, membuka link and match dengan lembaga pengguna tamatan, serta membina kerja sama dengan lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi siswa.

Tindakan preventif yang sama perlu dibangun alumnus agar kemudahan mendapatkan pekerjaan selalu mengiringi langkahnya. Tindakan yang dimaksud dapat dilakukan dengan berbagai alternatif. Misalnya, mengomunikasikan dengan pihak-pihak yang memberikan info peluang kerja, mengunjungi lembaga penyedia lapangan kerja seperti kantor Disnaker, BLK, PJTKI, atau balai pelayanan penempatan TKI. Alumnus bisa mencari informasi lowongan pekerjaan di media massa, browsing di internet, atau membuat penawaran kerja di media cetak dan elektronik.

Tindakan preventif akan mempunyai nilai lebih bila yang bersangkutan mampu mengeksploitasi potensi diri (kemampuan mental, intelektual, spiritual, sosial, dan vocational). Modal tersebut dapat diwujudkan melalui pelatihan eksternal dengan mengikuti kursus-kursus sesuai bidang yang hendak dikembangkan, penggalian potensi diri dengan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi melalui berbagai literatur dan media, serta becermin atas keberhasilan dan pengalaman orang lain. Alumnus juga perlu bersosialisasi dan berinteraksi dengan semua pihak yang dapat menambah nilai positif dalam pengembangan dirinya.

Mereka yang mempunyai kemauan dan kemampuan tinggi serta berjuang secara maksimal akan mendapatkan kesempatan lebih awal. Untuk itu, perlu dibangun 3S. Yakni self pride (rasa bangga terhadap diri sendiri), self esteem (rasa peduli terhadap situasi dan kondisi) dan self confidence (rasa percaya diri dalam mengembangkan potensi diri).

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa sesungguhnya peluang kerja sangat terbentang luas, namun kesiapan sumber daya manusianya belum bisa diharapkan. Selain itu, lingkungan kurang mendukung sehingga yang terjadi hanyalah keluhan-keluhan tanpa ada solusi yang jelas. Kondisi tersebut akan menjadi bumerang pada para pencari kerja. Kegagalan pun segera terjadi. Itu disebabkan ketidaksiapan pencari kerja dalam menerima tawaran kerja. Selain itu, kurangnya jiwa kompetisi lulusan dalam mencari pekerjaan, terlalu pasif dalam menelisik informasi peluang kerja, tidak tahan uji dalam menghadapi ujian, serta lemahnya etos kerja mereka.

Untuk meminimalkan permasalahan yang muncul di lapangan, diperlukan kerja sama yang sinergis semua pihak. Terutama, para guru sebagai mediator transfer ilmu untuk mengondisikan agar proses pendidikan yang dilakukan mampu memberi warna pada kualitas lulusan. Lingkungan keluarga juga perlu memberikan dukungan moral maupun material.

Penanaman filosofi etos kerja juga perlu ditanamkan sejak dini bahwa orang bersekolah dengan harapan untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, semakin tinggi harapan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Meski demikian, tingginya taraf pendidikan bukan jaminan seseorang akan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan harapan. Begitu pula sebaliknya, rendahnya pendidikan bukan merupakan indikator mutlak terhadap ketidakberhasilan seseorang. (*)

0 komentar: